Berbagai ekspresi dan gejala tubuh muncul
di atas mimbar-podium di pinggir lapangan upacara. Ada yang keringat dingin,
deg-degan, lutut gemetaran, tidak fokus, blank dan ‘error connecting’.
Bahkan salah
seorang siswi, sebelum kakinya menginjak mimbar berbisik: “Pak, konsepku hilang,
saya mau bilang apa” tapi aku meyakinkan bahwa Anda pasti bisa. Ada pula yang
senang, tenang, ada yang tekstual, ada yang kontekstual, ada yang berapi-api
berkobar-kobar menyala-nyala, ada yang mengkritik, ada yang mendukung.
Tujuan saya semata-mata ingin membentuk
kepercayaan diri dan melatih kemampuan berbicara di muka umum. Kelak, di masa
mendatang, ketika ‘sukses’ menghampiri (misalnya saat Anda menjadi ‘pemimpin’),
keterampilan ini sangat berguna. Bahkan jika hak-hak Anda dirampas atau hendak
membela dan memperjuangkan kepentingan orang banyak, Anda butuh keterampilan yang
satu ini: mahir berpidato-beretorika-berorasi.
0 komentar:
Posting Komentar