Album Foto

Rabu, 28 November 2018

Keutamaan Ilmu

Imam Ali Bin Abi Thalib tatkala ditanya oleh sepuluh orang Khawarij secara bergantian tentang keutamaan ilmu dibanding harta.

Orang pertama : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu lebih utama dari pada harta, karena ilmu adalah pusaka para Nabi, sedangkan harta adalah pusaka Qarun dan fir’aun”.

Orang kedua : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena ilmu memeliharamu, sedangkan harta, engkaulah yang memliharanya”.

Orang ketiga : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena harta menyebabkan banyak musuh, sedangkan ilmu menyebabkan banyak teman”.

Orang keempat : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena harta makin banyak dikeluarkan makin berkurang, sedangkan ilmu, makin dikeluarkan makin bertambah”.

Orang kelima : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena orang yang punya harta kadang-kadang dapat dijuluki khizit (kikir), sedangkan orang yang punya ilmu selalu dipanggil dengan nama yang megah dan mulia (terhormat)”.

Orang keenam : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena harta banyak pencurinya, ilmu tak ada pencurinya”.

Orang ketujuh : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena orang yang punya harta akan dihisab di hari kiamat, sedangkan orang yang punya ilmu diberikan syafaat di hari kiamat”.

Orang kedelapan : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena harta bisa habis karena lama masanya, sedangkan ilmu tidak bisa habis meskipun tidak ditambah”.      

Orang kesembilan : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena ia membuat hati pemiliknya terang menderang, sedangkan harta membuat kasar hati pemiliknya”

Orang kesepuluh : “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta ?
Imam Ali : “Ilmu, karena mempunyai ilmu termasuk ubudiyah (ibadah), sedangkan mempunyai harta termasuk rubudiyah (memenjarakan)”.


Sumber : Buku karya Syafinuddin Al-Mandary, Rumahku Sekolahku, 
Jakarta : Pustaka Zahra, 2004, halaman 36 - 38.

Senin, 26 November 2018

Metode Pembelajaran Pidato

Berbagai ekspresi dan gejala tubuh muncul di atas mimbar-podium di pinggir lapangan upacara. Ada yang keringat dingin, deg-degan, lutut gemetaran, tidak fokus, blank dan ‘error connecting’.

Bahkan salah seorang siswi, sebelum kakinya menginjak mimbar berbisik: “Pak, konsepku hilang, saya mau bilang apa” tapi aku meyakinkan bahwa Anda pasti bisa. Ada pula yang senang, tenang, ada yang tekstual, ada yang kontekstual, ada yang berapi-api berkobar-kobar menyala-nyala, ada yang mengkritik, ada yang mendukung.

Tujuan saya semata-mata ingin membentuk kepercayaan diri dan melatih kemampuan berbicara di muka umum. Kelak, di masa mendatang, ketika ‘sukses’ menghampiri (misalnya saat Anda menjadi ‘pemimpin’), keterampilan ini sangat berguna. Bahkan jika hak-hak Anda dirampas atau hendak membela dan memperjuangkan kepentingan orang banyak, Anda butuh keterampilan yang satu ini: mahir berpidato-beretorika-berorasi.

Catatan pembelajaran, bersama siswa-siswi SMK Telkom Makassar, angkatan XXV, Rabu 26 Juli 2017. Pelajaran PPKn, Kompetensi Dasar-Materi pokok : Kasus-kasus Pelanggaran HAM. [Arman]

Sabtu, 24 November 2018

Opini Harian Fajar, Edisi 18 Agustus 2017


Opini Tribun Timur, Edisi 6 Mei 2015


Opini Tribun Timur, Edisi 29 Agustus 2015


Selasa, 18 Agustus 2015

Opini Harian Fajar, Edisi 03 April 2012


Jumat, 09 Mei 2014

Orang-Orang Gila dan Orang-Orang Sadar


Oleh : Arman Syarif



Kusam, kusut, dekil, degil
bersih, rapi, indah, patuh

Orang-orang gila, benarkah Anda gila ?
Pikirku Anda juga berpikir
Sadarku Anda juga sadar

Orang-orang sadar, benarkah Anda sadar ?
Pikirku Anda tidak sadar

Orang-orang gila, benarkah Anda gila ?
Pikirku, Anda sadar dalam kegilaan Anda
Orang-orang gila, apakah Anda bahagia ?
Pikirku, Anda bahagia dalam kegilaan Anda

Orang gila ‘sebenarnya’ sadar
Orang sadar ‘sebenarnya’ gila
Menukar kegilaan dengan kesadaran
Menukar kesadaran dengan kegilaan

Si gila menyadari perbuatan benar,
dan tetap tidak berbuat
Si sadar menyadari perbuatan salah,
dan tetap berbuat

Orang gila tidak menyadari kesadarannya
Orang sadar tidak menyadari kegilaannya
Orang gila bahagia karena kegilaannya
Orang sadar menderita karena kesadarannya

Bumi ini dipenuhi orang gila
dan orang sadar sepanjang masa
Keduanya membangun tradisi

Bumi ini dipenuhi kerusakan,
pelakunya orang-orang yang mengaku sadar